火曜日, 19-03-2024, 5:49:06 PM
Welcome, Guest
Sekilas Sejarah Puisi Jepang
--------------------------
Bangsa Jepang baru mengenal sistem tulisan dan kegiatan tulis menulis pada abad ke-8 Masehi. Dan tulisan-tulisan yang pertama kali adalah berbentuk puisi.
Puisi Jepang dahulu dibawakan secara lisan yang kemudian pada akhirnya ditulis dan menjadi cikal bakal buku-buku pertama di Jepang. Semua pria dan wanita Jepang zaman dahulu menggunakan puisi sebagai alat untuk berkomunikasi. Mungkin itulah sebabnya mengapa orang Jepang sering memasukkan puisi dalam surat-surat mereka.
Puisi Jepang memiliki banyak ragam seperti: Haiku, Tanka dan Renga. Secara khusus, puisi tradisional Jepang ini berisi tentang kehidupan sehari-hari, cinta dan juga tentang alam. Antara puisi Jepang yang satu dengan puisi Jepang yang lain memiliki ciri khusus dengan struktur dan susunan atau tata letak yang beragam pula.
 
 
Ragam Puisi Jepang
------------------
1. Haiku
Haiku adalah salah satu bentuk puisi tradsional Jepang yang paling penting. Haiku adalah sajak terikat yang memiliki 17 silaba/sukukata terbagi dalam tiga baris dengan tiap baris terdiri dari 5, 7, dan 5 sukukata. Sejak awalnya, sering muncul kebingungan antara istilah Haiku, Hokku dan Haikai (Haikai no Renga). Hokku adalah sajak pembuka dari sebuah rangkaian sajak-sajak yang disebut Haikai no Renga. Hokku menentukan warna dan rasa dari keseluruhan rantai Haikai itu, sehingga menjadi penting, dan tak jarang seorang penyair hanya membuat hokku tanpa harus menulis rantai sajak lanjutannya.
Istilah Haiku baru muncul 1890an, diperkenalkan oleh Masaoka Shiki. Haiku boleh dibilang pembebasan Hokku dari rantai Haika. Haiku bisa berdiri sendiri, sudah utuh pada dirinya tanpa tergantung pada rantai sajak yang lebih panjang. Tokoh lain dalam reformasi Haiku ini adalah Kawahigashi Hekigoto yang mengajukan dua proposisi:
1. Haiku akan lebih jujur terhadap realitas jika tidak ada "center of interest" (pusat kepentingan, fokus perhatian) di dalamnya
2. Pentingnya impresi penyair pada hal-hal yang diambil dari kehidupan sehari-hari dan warna-warna lokal (ini tidak jauh berbeda dari kaidah hokku, TSP)
                Singkatnya, sejarah haiku muncul baru pada penggal terakhir abad ke-19. Sajak-sajak yang terkenal dari para empu jaman Edo (1600-1868) seperti Basho, Yosa Buson, dan Kobayashi Issa seharusnya dilihat sebagai hokku dan harus diletakkan dalam konteks sejarah haikai meski pada umumnya sajak-sajak mereka itu sekarang sering dibaca sebagai haiku yang berdiri sendiri. Ada juga yang menyebut Hokku sebagai "Haiku klasik", dan Haiku sebagai "Haiku modern".
Di luar Jepang, terutama di Barat (mungkin awalnya dari penerjemahan haiku Jepang) haiku mengalami degradasi(?) dengan absennya beberapa prinsip dasar hokku (haiku klasik). Pola sajak 17-silaba itu menjadi tidak ketat diikuti. Akhirnya haiku di barat hanya tampil sebatas bentuk pendeknya saja.
               Haiku tidak memiliki rima/persajakan (rhyme). Haiku "melukis" imaji ke benak pembaca. Tantangan dalam menulis haiku adalah bagaimana mengirim telepati pesan/kesan/imaji ke dalam benak pembaca HANYA dalam 17 silaba, dalam tiga baris saja!
Dalam bahasa Jepang, kaidah-kaidah penulisan haiku sudah pakem dan harus diikuti. Dalam bahasa lain, kadang sulit untuk mengikuti pola ini, dan biasanya menjadi lebih longgar.
               Haiku bisa mendeskripsikan apa saja, tetapi biasanya berisi hal-hal yang tidak terlalu rumit untuk dipahami oleh pembaca awam. Bebarapa haiku yang kuat justru menggambarkan kehidupan keseharian yang dituliskan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepada pembaca suatu pengalaman dan sudut pandang baru/lain dari situasi yang biasa tersebut. Haiku juga mengharuskan adanya "kigo" atau "kata (penunjuk) musim", misalnya kata "salju" (musim dingin), "kuntum bunga" (musim semi), sebagai penanda waktu/musim saat haiku tersebut ditulis. Tentu saja kata-kata penanda musim ini tidak harus selalu jelas-terang.
Bagaimanapun juga, saat ini haiku di tiap-tiap tradisi bahasa mengikuti aturan-aturannya sendiri sesuai sifat alami bahasa di mana haiku tersebut dituliskan. Silakan menulis haiku dengan pertimbangan Anda sendiri, apakah akan mematuhi aturan-aturan baku dari haiku Jepang yang asli, ataukah lebih mementingkan esensi atau ruh dari haiku dengan membengkokkan beberapa syariatnya. Di sinilah tantangan kesulitan, sekaligus kenikmatan menulis haiku.
Bentuk asli Haiku sebenarnya berasal dari Renga. Haiku adalah puisi Jepang yang pendek dikarenakan pemotongan atau dalam artian karena adanya pemenggalan pada kalimat yang sebenarnya memanjang.
Basho adalah seorang penyair Jepang yang terkenal dan yang juga telah berjasa dalam mengenalkan Haiku. Walaupun Haiku bertahan hingga saat sekarang ini, namun orang-orang Jepang lebih menikmati membuat puisi dengan bentuk modern atau masa kini dibandingkan membuat Haiku
               Sejalan dengan waktu, struktur Haiku mengalami perubahan yang sangat drastis. Pada abad ke-15 M bentuk asli Haiku berubah menjadi sekitar seratus versi yang masing-masing dari versi tersebut masih memiliki jumlah suku kata yang spesifik dengan Renga. Saat ini Haiku terdiri dari 17 suku kata walaupun dengan struktur yang selalu berubah-ubah di setiap masa. 
Haiku dapat berisi tentang apa saja. Tetapi banyak orang menulis Haiku untuk menceritakan tentang alam dan kehidupan sehari-hari. Tiga baris Haiku menciptakan rasa yang menggambarkan emosi dari penyairnya.
 
Contoh Haiku:
Kono michi ya
Di jalan ini
Yukuhito nashini
Tak tampak seoranpun,
Oki no kure
senja musim gugur
 
 
Sebuah karya Basho yang terkenal:
Furuike ya
Di kolam tua
Kawazu tobikomu
Katak melompat masuk
Mizu no oto
Air berbunyi
 
Sebuah karya Kenji Miyazawa yang terkenal:
Ame ni mo makezu - tidak kalah oleh hujan
Kaze ni mo makezu - tidak kalah dari angin
Yuki ni mo natsu no atsusa ni mo makenu - tidak kalah oleh salju maupun panasnya musim panas
Joubu na karada wo mochi - dengan tubuh yang kuat
Yoku wa naku - tanpa nafsu
Kesshite ikarazu - tanpa amarah
Itsu mo shizuka ni waratte iru - selalu tersenyum dengan tenang
Ichi nichi ni genmai yon gou to - setiap hari empat mangkuk beras merah
Miso to sukoshi no yasai wo tabe - miso dan sedikit sayuran untuk makan
Arayuru koto wo - untuk segalanya
Jibun wo kanjou ni irezu ni - tanpa perlu tagihan
Yoku mi-kiki shi wakari - melihat dan mendengarkan dengan baik sampai  paham
Soshite wasurezu - lalu tidak melupakan
Nohara no matsu no hayashi no kage no - di bawah bayangan hutan pohon pinus
Chiisa na kayabuki no koya ni ite - berada di sebuah gubuk kecil beratap jerami
Higashi ni byouki no kodomo areba - jika ada anak yang sakit di Timur
Itte kanbyou shite yari - ku akan pergi merawatnya
Nishi ni tsukareta haha areba - jika ada seorang ibu yang kelelahan di Barat
Itte sono ine no taba wo oi - ku akan pergi memikul bebannya (sekarung beras)
Minami ni shinisou na hito areba - jika ada seseorang yang hampir mati di Selatan
Itte kowagaranakute mo ii to ii - ku akan pergi dan mengatakan tidak perlu takut
Kita ni kenka ya soshou ga areba - jika ada pertengkaran atau pelanggaran hukum di Utara
Tsumaranai kara yamero to ii - menyuruh mereka menghentikannya karena itu hal yang tak berarti
Hidori no toki wa namida wo nagashi - membiarkan airmata jatuh ketika ada kekeringan
Samusa no natsu wa oro-oro aruki - berjalan mengembara ketika dinginnya musim panas
Minna ni deku-no-bou to yobare - disebut bodoh oleh semua orang
Homerare mo sezu - tanpa dipuji
Ku ni mo sarezu - tanpa menyalahkan
Sou iu mono ni watashi wa naritai - aku ingin menjadi orang yang seperti itu
 
2. Tanka
            Ragam lain dari puisi Jepang adalah Tanka yang usianya lebih tua dari Haiku tetapi tidak seterkenal Haiku. Tanka telah dikenal sebagai salah satu jenis puisi di Jepang sekitar 1300 tahun. Tanka biasanya dibuat setelah selesainya sebuah peristiwa, kejadian atau suatu perayaan yang spesial.
            Tanka cenderung lebih panjang dari Haiku, dan itu memberikan ruang kapada para penyair untuk lebih dapat mengekspresikan perasaannya dengan lebih dalam. 
             Secara khusus, Tanka ditulis atas perasaan seseorang. Dalam menulis puisi jenis ini, pertama yang harus ditulis adalah tentang sesuatu yang disenangi dan memiliki hasrat atas sesuatu tersebut. Sebagai contoh yaitu tentang alam, tentang suatu tempat, keluarga, cinta atau kehidupan sehari-hari yang menyenangkan dan merupakan sesuatu yang dianggap benar.
Menulis Tanka dengan baik akan menciptakan kecemerlangan penggambaran atau mendapat kesan yang mendalam yang sangat berkaitan dengan perasaan. Jenis puisi seperti ini memberikan penyair kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang unik.
 
Syair di bawah ini merupakan Tanka yang terdapat di dalam kitab antologi puisi waka berjudul Man'yōshū 万葉集 (koleksi sepuluh ribu daun) karya Ōtomo no Yakamochi:
kedashiku mo - mungkin
hito no nakagoto - mulut yang membisu
kikase ka mo - mungkinkah terdengar
kokodaku matedo - sebab aku telah menunggu lama
kimi ga kimasanu - kau tak kunjung datang
 
 
3. Renga
            Ragam puisi Jepang lainnya lagi adalah Renga. Berdasarkan sejarahnya, puisi Jepang berkembang terus. Seiring waktu, tekniknya selalu mengalami perkembangan. Dari seorang penyair, kemudian menjadi dua orang penyair dapat bekerja sama dalam menciptakan sebuah puisi di waktu yang bersamaan, konsep ini dikenal dengan Renga.
            Latar belakang ide pembuatan Renga ini yakni salah seorang penyair menuliskan bagian yang menjadi idenya dan penyair lainnya menuliskan kelanjutan puisi dari ide penyair yang pertama dengan idenya sendiri. Dua orang penyair menyatukan ide-ide mereka membentuk sebuah puisi, kegiatan ini di waktu dahulu menjadi sebuah hiburan yang populer. Banyak orang berpikir bahwa membuat                     Renga sama halnya bermain dalam sebuah kompetisi. Dalam mengikuti permainan seperti ini – seperti halnya sebuah kebiasaan, dibutuhkan pemikiran yang cepat dan dengan rasa humor yang baik untuk dapat bermain Renga. Renga lebih dulu jauh dikenal dari ragam puisi Jepang lainnya dan mencakup sekitar 100 versi. 
 
4. Senryu
           Senryu (川柳, senryuu) memiliki struktur fisik yang sama dengan haiku yaitu terdiri dari tiga baris dengan jumlah mora tiap barisnya masing-masing 5-7-5 (go-shichi-go). Namun, isi suatu senryu lebih ringan dan bahkan bisa saja lawakan. Dalam senryu juga tidak ada aturan kompleks pada haiku misalnya mengenai kigo (季語, kata musim). Dengan kata lain, kalau haiku merupakan bentuk puisi elit yang serius, senryu bisa digunakan untuk mengekspresikan diri secara santai atau sekedar bersenang-senang.
          Nama senryu sendiri diambil dari pujangga yang mencetuskan jenis puisi ini yaitu Karai Senryuu (柄井川柳). Kanji pada senryu berarti dedalu sungai.

Perhatikan contoh senryu berikut ini:
dorobou o - Pencuri
toraete mireba - Saat kutangkap
waga ko nari - Anakku sendiri

           Contoh  senryu di atas  terbagi menjadi tiga baris. Jumlah mora tiap barisnya 5 (どろぼうを), 7 (とらえてみれば), dan 5 (わがこなり). Jadi aturannya hanya itu saja, tiga baris dengan jumlah mora 5-7-5. Isinya bebas.
          Dari segi bahasa, senryu di atas menarik karena ditulis di zaman dahulu (1700-an). Perhatikan bahwa waga (milik saya) merupakan bentuk yang terdengar lebih formal atau kuno dibandingkan dengan watashi no. waga sendiri sebetulnya bisa dipecah menjadi wa (saya) dan ga (partikel kepemilikan kuno). Contoh ga yang berfungsi seperti no modern ini misalnya pada tenshi ga gotoku (bagai malaikat) yang sama saja dengan tenshi no gotoku atau yang lebih terdengar modern tenshi no you ni.
Perhatikan juga bahwa nari adalah bentuk kuno dari deklaratif da.
 
Contoh senryu lain:
gakkou wa - sekolah
minna iru kara - semua teman ada di sana
sugoi n da - jadinya asyik
......
hon yonde - membaca buku
ooki na yume ga - mimpi besar
umareta yo - terlahir
......
nendomatsu - akhir tahun fiskal
dare ga kimeta no - siapa yang menetapkannya?
sangatsu ni – pada bulan Maret
 
......
Puisi berikut merupakan puisi yang dianggap dibuat oleh Emperor Yūryaku | 雄略天皇  | Yūryaku-tennō (abad ke-5)
 
Romaji:
ko mo yo
miko mochi
fukushi mo yo
mibukushi mochi
kono oka ni
na tsumasu ko
ie kikana
na norasane
soramitsu
yamato no kuni wa
oshinabete
ware koso ore
shikinabete
warekoso mase
ware ni koso wa
norame
ie o mo na o mo
 
Terjemahan:
Keranjangmu,
keranjang mungil
Tajakmu terlalu kecil
Nona, yang menjumput bunga
di gigir bukit
Kepadamu aku bertanya: Siapa namamu?
Seluruh negeri Yamato
Luas nian kuasaku
jauh sungguh pengaruhku
Maka, katakan padaku
Di mana rumahmu, siapa namamu?
 
Berbagai sumber
 
Salam,
Headchief of Japanlunatic
Adeluna