火曜日, 19-03-2024, 9:23:30 AM
Welcome, Guest
Budaya Populer Jepang: Manga dalam Konteks Budaya Jepang 
(Tulisan dari Andham Dewi) 

Budaya populer Jepang sejak tahun 1990-an mendapatkan perhatian besar dari dunia internasional. Bentuk budaya popular Jepang yang mendunia itu antara lain adalah anime, games manga, dan fashion-style, bahkan hingga bahkan makanan Jepang, seperti sushi, sashimi dan lain sebagainya. Makalah ini bermaksud untuk membahas tentang salah satu komponen budaya populer Jepang yang mendunia itu, yaitu manga. 
Budaya pop Jepang mulai berkembang saat jaman Edo , ketika Shogun menutup Jepang. Pada masa isolasi ini, Jepang dalam kondisi yang relatif aman, sehingga masyarakat relatif bebas mengembangkan sendiri berbagai aspek sosial, ekonomi, dan budaya mereka tanpa ada campur tangan pihak luar. Kelas menengah tumbuh. Ekonomi terus berkembang, seiring dengan semakin bertumbuhnya kota-kota seperti Edo, Osaka dan lain-lain. 
Berbagai macam kesenian yang menjadi cikal-bakal budaya populer Jepang pun bermunculan. Contohnya adalah karya-karya fiksi populer Ihara Saikaku. Novel ini adalah menceritakan tentang kehidupan kelas-kelas pedagang dan samurai. Bisa dibilang ini adalah novel-novel yang sedikit erotis. Pada masa Edo pula berdirilah distrik Yoshiwara. Distrik ini bisa dikatakan sebagai tempat lokalisasi. Namun, selain itu ada juga restoran, dan berbagai macam hal lainnya. Di sinilah kelas-kelas samurai dan pedagang bisa berbaur untuk menikmati hiburan kabuki, bunraku, dan lain-lain. 

Pada masa itu juga berkembanglah kesenian ukiyo-e. Ukiyo e adalah seni cukil kayu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan atau pemandangan. Dengan berlalunya waktu, budaya popular Jepang terus dikembangkan. Dari pertengahan jaman Edo , hingga sekarang. Kemudian, pada dekade 1990an, budaya popular Jepang begitu berkembangnya sehingga mendapatkan perhatian yang sangat besar dari dunia luar. Namun, walaupun demikian, budaya populer tahun 1990an yang mendunia itu, masih tetap memiliki sejumlah unsure tertentu yang dapat ditelusuri ke budaya populer yang berkembang pada jaman Edo . 

Misalnya, manga punya hubungan yang sangat erat dengan ukiyo-e, sama-sama sebagai media gambar. Lihat contoh komik Gundam, salah satu icon komik Jepang yang sangat digemari. Siapa yang punya anak-anak yang tidak pernah main PS2? Hampir semuanya pernah main. Juga ada hello kity, salah satu ikon pop culture Jepang, yang setiap tahun meraup keuntungan dari berbagai bentuk. Produk Hello Kitty setiap tahun meluarkan berbagai macam jenis produk mulai dari tempat makan anak-anak, handphone bahkan hingga mobil. Icon lain yang sedang sangat diminati oleh remaja seluruh dunia adalah harajuku style, yang sangat terkenal di dalam dan luar Jepang. 

Budaya popular Jepang terkenal di seluruh dunia. Mereka mulai merambah ke luar Jepang. Misalnya di Amerika sendiri, ada salah satu majalah manga yang sangat popular di Jepang, shining gum dan shojo bin, diterbitkan di Amerika. Kemudian, Spirited Away- nya Hayao Miyazaki memenangkan Oscar di amerika pada tahun 2003 sebagai film animasi terbaik. 

Dari semua budaya popular Jepang itu, Manga sebagai salah satu budaya popular yang bisa merepresentasikan kehidupan masyarakat Jepang. 
Manga itu biasanya diterbitkan dalam dua format, yaitu untuk anak laki-laki dan perempuan, dan dalam bentuk buku atau tankobon. 
Majalah manga berisikan cerita-cerita dari beberapa artis manga, yang dikumpulkan, sehingga bila cukup populer bisa dikumpulkan jadi satu buku tankobon itu. 

Menurut sejarahnya, manga bisa ditelusuri sejak abad 12. Sejak abad tersebut, masyarakat Jepang sudah sangat akrab dengan medium cerita yang menggunakan gambar. Manga sekarang ini yang menjadi pelopornya adalah Osamu Tezuka. Beliau membuat manga yang bukan hanya untuk anak-anak saja tapi juga untuk orang-orang dewasa. Manga sejak saat itu dibaca dari anak kecil hingga orang dewasa. Semua manga itu memiliki target pembaca yan luas. Makanya manga itu sangat digemari, dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Jepang. Manga juga mudah didapat di mana-mana. Di kafe, di stasiun, di pingir jalan, dan lain-lain. Manga dalam masyarakat Jepang menimbulkan fenomena2 sosial seperti otaku, doujinshi, comic market, dan cosplay. 

Otaku adalah seseorang yang sangat menggilai sesuatu. Objek kegilaan mereka adalah seperti manga, anime, games, pc dan segala macam. 
Salah satu jenis otaku adalah manga otaku, yaitu orang-orang yang sangat gemar dengan manga dan punya hobi menggambar. Mereka menciptakan manga sendiri dan mereka jual sendiri. Mereka membuat manga yang terkenal di pasaran, mereka gambar ulang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Jadi mereka meniru gambarnya dan kemudian mengganti cerita serta topiknya sesuai dengan apa yang mereka mau (doujinshi). 

Doujinshi juga dijual di komik market (comiket). Selain itu di comiket sering juga diselenggarakan cosplay, yaitu orang2 yang senang berdandan dengan menggunakan kostum2 yang biasanya ditiru dari anime. 

Budaya manga sangat terkenal di Jepang maupun dunia internasional. Budaya ini juga merasuki kehidupan masyarakat Jepang, dari kecil hingga dewasa dan berkembang menjadi berbagai fenomena social popular seperti cosplay dan otaku. 

Cosplay 
(Tulisan dari bapak Antar Venus) 

Laporan The Economist tahun 2000 sudah menyebutkan Jepang sebagai pusat budaya pop kaum muda, dan pengaruhnya bukan hanya di Asia tapi juga sampai di amerika. Indonesia mendapatkan imbas yang besar, kita melihat bagaimana pengaruh ini sampai ketingkat anak2 bukan hanya mahasiswa. Lihat saja stasiun tv Space Toon. Kalau diperhatikan dari pagi hingga jam 12 malam, semua film di situ adalah film anak-anak dan sembilan puluh persen adalah film Jepang. 

Kita menyaksikan bahwa misalnya di film-film seperti Doraemon ataupun shinchan itu kan penuh dengan adegan-adegann kekerasan, dan kenakalan yang kelihatannya nilai-nilai semacam itu bukan hanya di Indonesia , di Jepang pun tidak cocok. Yang jelas ketika budaya Jepang mengglobal, disalurkan lewat televisi, media massa , dan juga disampaikan oleh agen2 personal, seperti Agnes Monica dan lain2, saya pikir pengaruhnya sangat luar biasa. 

Banyak teori2 yang bicara tentang pengaruh media massa . Menurut teori kultivasi, realitas sekeliling yang kita lihat setiap saat adalah yang membentuk diri dan konsep diri kita. Melalui teori ini, dapat dikatakan bahwa salah satu pembentuk konsep diri kita adalah melalui realita yang kita lihat di televisi. Terutama bagi penonton kelas berat, yaitu mereka yang memberikan waktunya lebih dari 4 jam sehari dengan menonton televisi dan relatif tidak tergantung pada media lain. Menurut teori ini, nilai yang disebarkan oleh budaya populer melalui televisi tidak merasuk pada tingkat personal melainkan pada tingkat komunitas, dan nilai-nilai ini disebarkan secara kumulatif, bukan seketika. 

Kalau kita melihat budaya popular Jepang dari perspektif media massa dengan pendekatan yang kuantitatif, kita akan merasa pengaruhnya besar. Kalau kita ke Bandung , di beberapa pusat gaul Ciwalk misalnya, kita bisa melihat para cosplayer secara bebas. Kemudian ada juga pusat-pusat yang menjual aksesori Jepang sekaligus menyediakan pakaian2 yang bisa ditiru dari tokoh-tokoh manga/anime. Toko-toko itu ada banyak dan cukup besar. Di toko-toko itulah berkumpul para pemain dan keberadaan mereka menimbulkan pertanyaan tentang konsep diri mereka. Apakah ada nilai-nilai Jepang yang tertanam pada diri mereka atau tidak? 

Cosplay ternyata terdiri dari berbagai aliran, tidak hanya satu aliran. Jenis-jenis cosplay adalah: 

- Cosplay J-star: meniru tokoh-tokoh idola Jepang. 
- Cosplay anime: meniru tokoh-tokoh anime. 
- Crossplay: laki2 yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki2. 
- Cosplay manga 
- Cosplay ganguro, ini adalah cosplay yang meniru gaya-gaya bintang pop 
- Cosplay tokusatsu, adalah cosplay yang meniru tokoh-tokoh superhero Jepang. 

Karakteristik umum anggota cosplay party adalah : cuek, narsis, percaya diri, berani berinovasi, nrimo, keras kepala, menerima diri apa adanya, dan tidak suka dikekang. Mereka yakin dengan kemampuan mereka, tidak pernah mencemaskan sesuatu secara berlebihan, karena cuek, sangat percaya diri, merasa tidak gagal karena sudah berusaha, sadar kalau mereka unik dan berbeda-beda. 

Ada berbagai alasan mengapa mereka mengikuti trend cosplay. Ada yang ingin tampil semirip mungkin dengan tokoh yang dia perankan/diidolakan. Ada yang ingin tampil seolah sebagai selebriti penting. Ada yang hanya ingin difoto oleh orang-orang. Ada yang memang ketika bertemu dengan komunitas cosplay mereka merasa in-tune dengan komunitas itu, merasa cocok. Saat ini di Jepang, kostum cosplayer tidak hanya berasal dari manga/anime, namun ada juga kostum yang dibuat sendiri oleh para pelakunya.