1. Struktur pendidikan
------------------------------
Sama dengan Indonesia, di Jepang
juga ada program Wajib Belajar (pendidikan dasar dan menengah) yang berlaku
untuk penduduk berusia 6 hingga 15 tahun.
Tahun ajaran biasanya dimulai
bulan April. Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3 semester yang dipisahkan oleh
liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta liburan musim panas yang
lebih panjang (lama liburan sekolah bergantung kepada iklim tempat sekolah
tersebut berada). Di Hokkaido dan tempat-tempat yang banyak turun salju, libur
musim dingin lebih panjang dan libur musim panas lebih pendek.
2. Preschool & Taman Kanak-kanak
-------------------------------------------------------
Pendidikan anak usia dini
dimulai di rumah. Ada banyak buku dan acara televisi yang ditujukan untuk
membantu ibu & ayah untuk mendidik anak-anak mereka dan metode ini dianggap
lebih efektif. Sebagian besar pelatihan rumah dikhususkan untuk mengajar tata
krama, perilaku sosial yang tepat, dan bermain terstruktur, meskipun jumlah
verbal dan keterampilan juga tema populer. Orang tua sangat berkomitmen untuk
pendidikan awal dan sering mendaftarkan anak-anak mereka di TK. Selain
TK terdapat sistem yang dikembangkan dengan baik pusat penitipan anak yang
diawasi pemerintah (hoikuen 保育 园).
Berikut ini kegiatan
anak-anak di tingkat Tk (mulai dari jam 8.50 – 15.00) antara lain: masuk kelas,
menaruh barang di loker, duduk di bangku masing-masing, absen, salam, materi
hari ini, istirahat (ke toilet latihan cara buang air sendiri, cebok, dan
mencuci tangan dengan sabun), menyanyi, senam pagi, kembali ke kelas, mencopot
kaus kaki, bermain (di luar kelas/di kebun/halaman sekolah), merapikan alat
bermain, bersiap makan (cuci tangan dan ugai = memasukkan air ke tenggorokan
tapi tidak ditelan, untuk mencegah batuk/pilek), kembali ke kelas untuk makan
siang (bento =bekal makan masing-masing), menggosok gigi, bermain di kelas (permainan
tradisional atau modern), bersiap untuk pulang, menyanyi lagu/salam perpisahan,
baris per kelas di depan sekolah, pulang.
3. Sekolah Dasar
-----------------------
Lebih dari 99% dari Jepang
anak-anak usia sekolah dasar terdaftar di sekolah. Semua anak-anak memasuki
kelas 1 pada usia 6 tahun, dan sekolah mulai dianggap sebagai peristiwa yang
sangat penting dalam kehidupan seorang anak.
Hampir semua pendidikan
dasar berlangsung di sekolah umum; kurang dari 1% dari sekolah swasta (karena
sekolah swasta cenderung mahal).
Kebanyakan sekolah negeri,
tidak mewajibkan seragam, namun harus
mengenakan name tag di saku kiri baju. Lalu, biasanya ada juga badge di bahu
kirinya, yang warnanya disesuaikan dengan tingkatan kelas (misalnya kuning
untuk kelas 1).
Biasanya tas anak SD dilengkapi
dengan peluit kecil (yang dibagikan gratis dari sekolah). Peluit ini diajarkan
kpd anak-anak untuk ditiup kalo bertemu dengan orang asing (tdk dikenal) yang mengganggu.
Kemudian juga harus bawa
thermos air minum tiap hari (karena gak ada pedagang kaki lima yang nongkrong
di pagar sekolah). Mereka juga diwajibkan untuk membawa mug kecil (wadah air
sbg tmpt kumur2 pada saat sikat gigi sehabis makan siang). Lalu lap tangan dan
serbet untuk alas makan siang. Semua alat itudibawa bolak balik ke sekolah,
kecuali sikat gigi dan mug (tapi harus dicuci dahulu setiap kali pulang). Siswa
SD di Jepang memiliki tugas melayani makan siang (menuangkan makanan ke piring)
teman-temannya (beregu bergantian sesuai piket). Hal ini dilakukan atas dasar untuk mengajarkan kerjasama tim dari mulai
usia dini.
Pelajaran di tingkat SD
biasanya hanya ada 4 yaitu : Huruf Jepang (menulis dan membaca), Matematika,
Olahraga dan BudiPekerti.
Oh ya, pendidikan dasar di
Jepang tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah
menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas
dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih
termasuk kelompok "compulsoy education”, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat
langsung mendaftar ke SMP.
Tentu saja guru tetap
melakukan ulangan sekali2 untuk mengecek daya tangkap siswa. Dan penilaian
ulangan pun tidak dengan angka tetapi dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk
matematika. Dari kelas 4 hingga kelas 6 juga dilakukan test IQ untuk melihat
kemampuan dasar siswa. Data ini dipakai bukan untuk mengelompokkan siswa
berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada
siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Perlu diketahui,
siswa2 di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak
dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam
kemampuan akademik.
Compulsary Education (dalam bahasa Jepang disebut ‘gimukyouiku’) atau istilah dalam bahasa Indonesia adalah "program wajib belajar".
Compulsory Education di Jepang dilaksanakan dengan prinsip memberikan akses penuh kepada semua anak untuk mengenyam pendidikan selama 9 tahun (SD dan SMP) dengan menggratiskan ‘tuition fee’, dan mewajibkan orang tua untuk menyekolahkan anak (ditetapkan dalam Fundamental Law of Education). Untuk memudahkan akses, maka di setiap distrik didirikan SD dan SMP walaupun daerah kampung dan siswanya minim (per kelas 10-11 siswa). Orang tua pun tidak boleh menyekolahkan anak ke distrik yang lain, jadi selama masa compulsory education, anak bersekolah di distrik masing-masing.
Tentu saja mutu sekolah negeri di semua distrik sama, dalam arti fasilitas sekolah, bangunan sekolah, tenaga pengajar dengan persyaratan yang sama (guru harus memegang lisensi mengajar yang dikeluarkan oleh Educational Board setiap prefecture). Oleh karena itu mutu siswa SD dan SMP di Jepang yang bersekolah di sekolah negeri dapat dikatakan `sama`, sebab Ministry of Education mengondisikan equality di semua sekolah. Saat ini tengah digalakkan program reformasi yang memberi kesempatan kepada sekolah untuk berkreasi mengembangkan proses pendidikannya, tetapi tetap saja dalam pantauan MOE.
Dalam pengertian negara maju, compulsory education mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) adanya unsur paksaan agar peserta didik bersekolah,
2) diatur dengan undang-undang tentang wajib belajar,
3) ada sanksi bagi orang tua yang membiarkan anaknya tidak sekolah
4) tolok ukur keberhasilan Wajar adalah tidak adanya orang tua yang terkena sanksi karena telah mendorong anaknya bersekolah.
Dengan adanya peraturan ini, maka kewajiban orang tua adalah memberikan pendidikan kepada putra-putrinya baik di sekolah maupun jika dia tidak mau, pendidikan di rumah pun (home schooling) bisa ditempuh.
Berbeda dengan Wajib Belajar di Indonesia dicirikan:
1) tidak bersifat paksaan melainkan persuasif
2) tidak ada sanksi hukum, sekedar sanksi moral
3) tidak diatur dalam undang-undang tersendiri
4) keberhasilan diukur dengan angka partisipasi dalam pendidikan
Karena hanyalah himbuan, pemerintah dan masyarakat tampak tidak serius menangani pendidikan.
Harusnya ini menjadi P.R bagi pemerintahan kita.
4. Sekolah Menengah Pertama
-----------------------------------------
Tidak seperti siswa SD,
siswa SMP memiliki guru yang berbeda untuk mata pelajaran yang berbeda.
Instruksi di SMP cenderung
mengandalkan metode ceramah. Guru juga menggunakan media lain, seperti televisi
dan radio, dan ada beberapa pekerjaan laboratorium.
Oh ya, saya juga mendapat
info bahwa semua orang harus belajar karya klasik sejak SMP. Karya tertua yang
terkenal adalah GENJI MONOGATARI atau HIKAYAT GENJI yang umurnya 1000 tahun! Tidak hanya sebatas informasi saja yang
diberikan di SMP dan SMU Jepang, namun mereka juga diajari Tata Bahasa Jepang
Klasik yang dipakai pada saat HIKAYAT GENJI ini dibuat.
Di tingkat SMP dan SMA, sama
seperti di Indonesia, ada dua kali ulangan, mid test dan final test, tetapi
tidak bersifat wajib atau pun nasional. Di beberapa prefecture yang
melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan
materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational
Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak
berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari2, ekstra
kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja
hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa lulusan
SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti
ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh
Educational Board di setiap prefektur. Di Aichi prefecture, SMA-SMA
dikelompokkan dengan pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam
proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan
satu sekolah di kelompok B. Jika si siswa lulus dalam kelompok A, maka secara
otomatis dia gugur dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi
dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang
bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir
serentak di seluruh jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang,
English, Math, Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih
sekolah di distrik lain.
5. Sekolah Menengah Atas
-------------------------------------
Meskipun SMA tidak wajib di
Jepang, 94% dari semua lulusan SMP melanjutkan ke tingkat SMA. Di tingkat ini,
mulai banyak sekolah milik swasta (mencapai sekitar 55% ).
Siswa SMA tidak mengikuti
ujian kelulusan secara nasional, tetapi ada beberapa prefecture yang
melaksanakan ujian. Penilaian kelulusan siswa berbeda di setiap prefecture.
Mengingat angka Drop out siswa SMA meningkat di tahun 1990-an, maka beberapa
sekolah tidak mengadakan ujian akhir, jadi kelulusan hanya berdasarkan hasil
ujian harian.
Untuk masuk universitas,
siswa lulusan SMA diharuskan mengikuti ujian masuk universitas yang berskala
nasional. Ini yang dianggap `neraka` oleh sebagian besar siswa SMA. Ujian masuk
PT dilakukan dua tahap. Pertama secara nasional- soal ujian disusun oleh
Ministry of education, terdiri dari lima subject, sama seperti ujian masuk
SMA-, selanjutnya siswa harus mengikuti ujian masuk yang dilakukan masing2
universitas, tepatnya ujian masuk di setiap fakultas. Skor kelulusan adalah
akumulasi ujian masuk nasional dan ujian di setiap PT. Seperti halnya di
Indonesia, skor hasil UMPTN tidak diumumkan, tetapi jawaban ujian diberitakan
via koran, TV atau internet, sehingga siswa dapat mengira2 sendiri berapa total
score yg didapat. Siswa yang memilih Universitas dg skor tinggi, tapi ternyata
skornya tidak memadai, dapat mengacu ke pilihan universitas ke-2. Namun jika
skornya tidak mencukupi, maka siswa tidak dapat masuk Universitas. Selanjutnya
dia dapat mengikuti ujian masuk PT swasta atau menjalani masa ronin (menyiapkan
diri untuk mengikuti ujian masuk di tahun berikutnya) di prepatory school
(yobikou)
6. Perguruan Tinggi
------------------------
Secara umum sistem
pendidikan tinggi di Jepang dapat dikategorikan ke dalam 4 bagian, universitas
(Daigaku), akademi teknologi (Tanki-daigaku), sekolah tinggi teknik
(Koto-senmon-gakko) dan sekolah kejuruan (Senmon-gakko).
Hampir sama dengan
Indonesia, lama masa studi untuk pendidikan tinggi (sarjana) adalah 4 tahun
kecuali bidang pendidikan kedokteran yang relatif menghabiskan 6 tahun. Untuk tingkat studi lanjutan,
biasanya dibutuhkan waktu 2 tahun (program master) dan 3 tahun (program
doktor).
Tahun akademik dimulai
sekitar bulan April dan berakhir Maret tahun berikutnya. Perkuliahan dibagi
dalam dua semester, semester pertama berlangsung dari Maret sampai dengan
September dan semester kedua dimulai dari bulan oktober dan berakhir Maret.
Bahasa yang umum digunakan
dalam proses belajar mengajar adalah bahasa Jepang. Namun, ada beberapa program
tertentu yang menggunakan bahasa Inggris sebagai perantara. Oleh karena itu
setiap mahasiswa asing yang ingin melanjutkan studi ke Jepang perlu mempersiapkan
kemampuan bahasa ini dengan sebaik mungkin.
Berikut ini 10 top ranking Universitas
di Jepang
by 2010 University Web
Ranking
(untuk melihat 741 ranking
lainnya bisa dicek melalui http://www.4icu.org/jp/)
1.
Universitas
Keio
2.
Universitas
Tokyo
3.
Universitas
Waseda
4.
Universitas
Osaka
5.
Universitas
Hokkaido
6.
Institut
Tekhnologi Tokyo
7.
Universitas
Hiroshima
8.
Universitas
Kobe
9.
Universitas Kyoto
10.
Nihon
University
Untuk informasi lebih detail mengenai studi dan tinggal di Jepang, bisa
kunjungi http://www.studyjapan.go.jp atau http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp.html
Adeluna Chibi